Nabi Zakariya berdakwah untuk bani
Israil sekitar 2 SM. Kisah nabi Zakaria as yang terkenal adalah saat berdoa memohon
kepada Allah agar dapat memiliki keturunan. Al Quran mengisahkan doa nabi
Zakaria as pada Surah Maryam : 1-15.
Nama: Zakaria (Zakariya) bin Dan
Garis Keturunan
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒
Lamak ⇒ Nuh as ⇒
Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒
Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒
Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒
Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒
Daud as ⇒ Sulaiman as ⇒
Rahab'am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal'athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒
Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as
Usia 122 tahun
Periode sejarah 91 SM - 31 M
Tempat diutus (lokasi) Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) 1
Tempat wafat Halab (Aleppo)
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan
sebanyak 12 kali
PENGUTUSAN NABI ZAKARYA
Nabi Zakaria diutus kepada bani
Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan kerusakan merajalela di
kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam serta zhalim juga berkuasa di sana
dan selalu berbuat kerusakan. Herodes, penguasa Palestina adalah raja yang
paling jahat dan suka melanggar. Dialah yang memerintahkan membunuh Nabi
Zakaria dan Nabi Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah dengan
mengajak kaumnya menyembah Allah dan memperingatkan mereka tentang akibat
buruknya perbuatan mereka jika tidak segera bertaubat. Meski sudah renta dan
rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru kaumnya. Selain itu, Nabi
Zakaria juga tak pernah letih berdoa kepada Allah agar dikarunia putra yang
dapat menggantikannya dalam memikul tugas dakwah ini setelah dia wafat nanti.
Hal ini dikisahkan dalam firman Allah, "Dia (Zakaria) berkata "Ya
Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan
sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS. Maryam [19]: 4-6).
Allah lantas mengabulkan
permohonannya. Sebagaimana firman-Nya, "Hai Zakaria, sesungguhnya Kami
memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya,
yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan
dia." (QS. Maryam [19]: 7).
Nabi Yahya dilahirkan tiga bulan
lebih awal dari kelahiran Nabi Isa. Dia kemudia dibesarkan dan dididik oleh
orang tuanya dengan kebaikan dan ketakwaan, seperti firman Allah, "Wahai
Yahya, ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan,
Kami berikan kepadanya (Yahya) hikmah selagi ia masih kanak-kanak" (QS.
Maryam [19]: 12).
Sejak kecil, Allah telah memberinya
ilmu dan hikmah dan setelah dewasa dia diangkat menjadi nabi. Nabi Yahya
terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut, penuh kasih saying, bersih, apik,
dan zuhud. Selain itu, dia juga banyak menangis karena takut kepada Allah,
senantiasa mengajak kaumnya bertaubat dan meninggalkan kemaksiatan, serta
mengingatkan mereka tentang akibat dari pelanggaran yang mereka lakukan. Nabi
Yahya membaptis umatnya dengan membasuh dosa-dosa dan kesalahan mereka di
sungai Jordan (asy-Syari'ah) dan dia pula yang membaptis Nabi Isa.
Para sejarawan berbeda pendapat
mengenai kematian Nabi Zakaria, apakah beliau wafat biasa (secara alami) atau
karena dibunuh (bersamaan dengan wafatnya Nabi Yahya), wallahu a'lam. Sementara
itu, mengenai Nabi Yahya, mereka sepakat bahwa beliau meninggal karena dibunuh.
Hal ini dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada zaman itu, salah satu raja
yang terkenal jahat dan zhalim, Herodes ingin menikah dengan perempuan yang
tidak halal baginya. Perempuan tersebut bernama Herodia yang tidak lain ialah
keponakannya sendiri, anak perempuan saudara kandungnya.
Wanita itu sangat cantik; memiliki
tubuh dan penampilan yang amat menarik. Ketika mendengar berita tersebut, Nabi
Yahya spontan melarang dan menentang pernikahan itu serta mengumumkan
pembatalannya. Sikap Yahya ini pun tersebar ke seluruh penjuru kota. Merasa
tidak senang, wanita itu berencana membunuh Yahya. Untuk memenuhi keinginannya,
Herodia bersolek menemui pamannya yang tidak lain adalah calon suaminya dengan
wajah berseri-seri dan menggoda. Dia lantas menjerat Herodes dengan tipu daya
hingga pamannya terlena dengan ucapannya yang lembut. Pamannya kemudian
bertanya, "Apakah yang dapat aku lakukan untukmu?"
Herodia menjawab, "Jika tuanku
berkenan, aku hanya menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Sang raja pun mengabulkan permintaan
calon istrinya tersebut dengan mengutus seseorang untuk memenggal kepala Nabi
Yahya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa
mereka akan menerima siksa yang pedih." (QS. Ali-'Imran [3]: 21).
Nabi Zakaria diutus pada kaum Bani
Israil. Sudah sejak lama Nabi Zakaria mendambakan seorang anak. Namun
keinginannya belum juga terpenuhi walau ia sudah tua.
Suatu hari datanglah janda Imron
menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) pada Nabi Zakaria untuk diasuh dan
dibesarkan sesuai dengan nazarnya. Nabi Zakaria dan para imam Baitul Maqdis terkejut
akan hal itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin memperoleh
anak. Namun setelah mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa kehamilannya
ialah kehendak Allah SWT, mereka pun mengerti.
Setelah itu timbul persoalan,
siapakah yang berhak mengurus Maryam. Untuk pemecahannya, mereka mengundi
dengan melemparkan pena ke air. Barangsiapa yang penanya mengapung, dialah yang
berhak mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi Zakaria-lah yang mengapung. Sehingga
beliau berhak menjadi ayah asuh Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi
Zakaria. Beliau sangat menyayanginya.
Nabi Zakaria, sadar banyak anggota
keluarganya dari Bani Israil merupakan orang yang tidak beradab dan gemar
bermaksiat karena kedangkalan iman mereka. Ia khawatir bila tiba ajal dan tidak
mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya, sehingga mereka akan semakin
merajalela dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab
suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama.
Kecemasan itu mengusik pikiran
Zakaria, dan ia sedih karena belum juga mempunyai keturunan walau telah berusia
90 tahun. Ia agak terhibur ketika mengasuh Maryam yang dianggap sebagai anak
kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya untuk memperoleh
keturunan timbul kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan di
mihrab Maryam. Ia berpikir di dalam hatinya bahwa tidak ada yang mustahil bagi
Allah. Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri
dan tidak berdaya. Allah pasti berkuasa memberinya keturunan bila dengan
kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.
Pada suatu malam, Zakaria duduk di
mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan
khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia berdoa: "Ya Tuhanku,
berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari
keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani
Israil. Aku cemas sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak
kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan
menggantikanku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah
dipenuhi uban, sedang isteriku adalah seorang perempuan mandul. Namun
kekuasaan-Mu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan
seorang anak yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku.
Kemudian Allah menjawab doa Zakaria
dan berfirman : "Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu
akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang shaleh dan
membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri dari
nafsu dan godaan syaitan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi." Kemudian
Zakaria berkata: "Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang
istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia." Allah
berfirman: "Hal demikian itu adalah mudah bagi-Ku. Tidakkah telah
Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali."
Setelah itu istrinya mengandung dan
melahirkan anak lelaki yang diberi nama Yahya. Seperti ayahnya, Yahya juga
seorang nabi.
Pada suatu ketika Nabi Yahya
terbunuh karena perintah Raja Herodus. Kaum Bani Israil berharap pada Nabi
Zakaria, hal itu menyebabkan Raja Herodus marah dan memerintahkan untuk
membunuh Nabi Zakaria. Nabi Zakaria sendiri langsung pergi dari kejaran
prajurit Herodus.
Nabi Zakaria dalam Al-Qur'an
sumber :
kisah dan sejarah para nabi,ALVINAREA
0 komentar:
Posting Komentar