Firman Allah yang menyatakan bahwa ia senantiasa menyertai orang-orang yang sabar.Hamparan pasir yang masih perawan menjadi bagian hidup rahmiyati alfiatun sejak kecil,
Disana ia mulai belajar merangkak,berjalan hingga berlari,jatuhdan bangun lagi,mengejar asa dalam kehidupannya,tak pernah kenal kata menyerah.Ombak yang perkasa ikut mengukir hatinya,membuatnya gemulai dalam bertutur,laksana tarian debur airyang indah.teramat sayang untuk ditinggalkan,kekuatannya mempengaruhi rahmiyati dalam mempertahankan prinsip-prinsip kehidupan,hingga dirinya tak pernah plin-plan.
Begitulah mbak tun panggilannya,menjalani kehidupan,alam menjadi salah satu temannya,alam pulalah yang banyak member bekal kehidupan,juga menjadi guru dalam melewati masa susah dan bahagia,Disamping itu ,tentu,bapak dan ibunya,Seperti hadirnya malam dan siang atau jatuh bangunnya seseorang,keharmonisan kehidupan mbak tun berubah sejenak tahun 1997,tepatnya saat bapaknya meninggal dunia,Hanya berjarak satu minggu dari kematian sang isteri,yang mendahuluinya menghadap Allah SWT.
Mbak tun sangat mafhum,setiap orang bakal mati,ia juga hafal jaqnji Allah tentang bakal datangnya kematian bagi setiap orang seperti yang Allah firmankan,kullu nafsin dzaiqatul mawt,setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian,sehingga,begitu ajal menjemput ayahnya,ia berusaha ikhlas menerima ketetapan tersebut.
Beberapa bulan kemudian,terjadilah peristiwa yang membuat ritme kehidupannya berubah.Diawali proses pembagian harta waris yang tak adil,Sebagai wanita muslim mbak tun memahami istilah “sepikul segendong” dalam pembagian warisan,Artinya dia bisa menerima kalau haknya atas harta waris orangtuanya adalah separo dari waris yang diterima saudara-saudara laki-lakinya.Akan tetapi yang diterimanya,yang berupa tanah misalnya,justru berbeda,jauh dari yang semestinya,baik dari luas meteran tanah,maupun lokasinya,Berkali-kali rembuk keluarga yang dilakukan,selalu gagal,merekasenantiasa menempatkannya dalam posisi yang kalah,Seakan-akan memang sengaja dipinggirkan keluarganya
Walaupun dizalimi,mbak tun berusaha menerima,Namun hati kecilnya selalu berontak keras,ia mengalami pertentangan yang berat,antara menerima dan menentang pembagian itu,ucapan bibirnya mengatakan menerima tapi hatinya berkecamuk makin besar,laksana bara api yang siap membakar siapa saja.Beruntung mbak tun sampai menerima pelajaran berharga tentang kesabaran dari ayahnya,termasuk masalah tirakat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,sehingga ketika saat datang badai tersebut,ia mengembalikan semua persoalan kepada Allah semata.
Harta tak ternilai,berhari-hari dia mencoba mendekatkan diri kepada Allah,meminta petunjuk dan pertolongan agar dikuatkan imannya,diberi kesabaran dalam menerima cobaan dan jalan keluar yang baik,buat diri dan keluarganya.
Sampai disini,upaya mencari ketenangan itu tidak berjalan mulus,setiap kali melakukan pendekatan,setiap kali pula dia merasa tidak nyaman,sehingga ia memilih melakukan zikir itu pada malam hari diluar rumah,yaitu,dihamparan pasir dan deburan ombak besar pantai trisik,kulon progo,Yogyakarta,Salah satu sudut dalam rangkaian laut selatan pulau jawa.
Kegiatan itu dilakukan berhari-hari,berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan,Hingga suatu malam ia menemukan kejadian ganjil.secara tiba-tiba,ketika ia tengah melakukan zikir itu,ia bertemu tiga orang dengan pakaian yang berbeda.Satu orang memakai jubah,satu orang lagi mengenakan pakaian kerajaan mataram,sementara yang lain berpakaian layaknya jawara. “Izinkanlah saya menyertai bapak-bapak,saya sudah tidak tahan lagi berada dirumah”kata rumiyati kepada ketiganya.“Maaf kami tidak bisa mengabulkan permintaanmu.bersabarlah saja menghadapi cobaan yang sedang kamu hadapi,pada saatnya kamu akan menemukan jalan yang terbaik bagimu “ kata salah seorang diantara mereka.
Sejak saat itu mbak tun makin bersemangat dalam melaksanakan zikir ditepi laut,hingga suatu saat dia memperoleh kemampuan yang sebelumnya tidak pernah dia miliki,dia mampu melihat peristiwa yang akan terjadi,bahkan melihat tanda-tanda kematian seseorang,termasuk mengobati orang-orang yang datang kepadanya karena kemalangan yang mereka hadapi.Semua itu membuatnya makin bersabar bila mendapat musibah, “sabar yang tidak terbatas,disertai kepasrahan dan tawwakal kepada Allah,adalah kunci dari segala pemecahan masalah hidup manusia “ katanya berbagi pengalaman.
Kini,kebahagiaan mbak tun melebihi saudara-saudaranya,ia tidak “menikmati” harta warisan itu kini memperoleh penggantinya,semuanya dari Allah,dengan melimpahnya kenikmatan duniawi yang juga tak habis-habisnya ia syukuri Itulah buah kesabaran yang dijanjikan Allah,Allah senantiasa memberjalan terbaik buat mereka yang sabar menerima cobaan,
Sumber:al kisah
Disana ia mulai belajar merangkak,berjalan hingga berlari,jatuhdan bangun lagi,mengejar asa dalam kehidupannya,tak pernah kenal kata menyerah.Ombak yang perkasa ikut mengukir hatinya,membuatnya gemulai dalam bertutur,laksana tarian debur airyang indah.teramat sayang untuk ditinggalkan,kekuatannya mempengaruhi rahmiyati dalam mempertahankan prinsip-prinsip kehidupan,hingga dirinya tak pernah plin-plan.
Begitulah mbak tun panggilannya,menjalani kehidupan,alam menjadi salah satu temannya,alam pulalah yang banyak member bekal kehidupan,juga menjadi guru dalam melewati masa susah dan bahagia,Disamping itu ,tentu,bapak dan ibunya,Seperti hadirnya malam dan siang atau jatuh bangunnya seseorang,keharmonisan kehidupan mbak tun berubah sejenak tahun 1997,tepatnya saat bapaknya meninggal dunia,Hanya berjarak satu minggu dari kematian sang isteri,yang mendahuluinya menghadap Allah SWT.
Mbak tun sangat mafhum,setiap orang bakal mati,ia juga hafal jaqnji Allah tentang bakal datangnya kematian bagi setiap orang seperti yang Allah firmankan,kullu nafsin dzaiqatul mawt,setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian,sehingga,begitu ajal menjemput ayahnya,ia berusaha ikhlas menerima ketetapan tersebut.
Beberapa bulan kemudian,terjadilah peristiwa yang membuat ritme kehidupannya berubah.Diawali proses pembagian harta waris yang tak adil,Sebagai wanita muslim mbak tun memahami istilah “sepikul segendong” dalam pembagian warisan,Artinya dia bisa menerima kalau haknya atas harta waris orangtuanya adalah separo dari waris yang diterima saudara-saudara laki-lakinya.Akan tetapi yang diterimanya,yang berupa tanah misalnya,justru berbeda,jauh dari yang semestinya,baik dari luas meteran tanah,maupun lokasinya,Berkali-kali rembuk keluarga yang dilakukan,selalu gagal,merekasenantiasa menempatkannya dalam posisi yang kalah,Seakan-akan memang sengaja dipinggirkan keluarganya
Walaupun dizalimi,mbak tun berusaha menerima,Namun hati kecilnya selalu berontak keras,ia mengalami pertentangan yang berat,antara menerima dan menentang pembagian itu,ucapan bibirnya mengatakan menerima tapi hatinya berkecamuk makin besar,laksana bara api yang siap membakar siapa saja.Beruntung mbak tun sampai menerima pelajaran berharga tentang kesabaran dari ayahnya,termasuk masalah tirakat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,sehingga ketika saat datang badai tersebut,ia mengembalikan semua persoalan kepada Allah semata.
Harta tak ternilai,berhari-hari dia mencoba mendekatkan diri kepada Allah,meminta petunjuk dan pertolongan agar dikuatkan imannya,diberi kesabaran dalam menerima cobaan dan jalan keluar yang baik,buat diri dan keluarganya.
Sampai disini,upaya mencari ketenangan itu tidak berjalan mulus,setiap kali melakukan pendekatan,setiap kali pula dia merasa tidak nyaman,sehingga ia memilih melakukan zikir itu pada malam hari diluar rumah,yaitu,dihamparan pasir dan deburan ombak besar pantai trisik,kulon progo,Yogyakarta,Salah satu sudut dalam rangkaian laut selatan pulau jawa.
Kegiatan itu dilakukan berhari-hari,berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan,Hingga suatu malam ia menemukan kejadian ganjil.secara tiba-tiba,ketika ia tengah melakukan zikir itu,ia bertemu tiga orang dengan pakaian yang berbeda.Satu orang memakai jubah,satu orang lagi mengenakan pakaian kerajaan mataram,sementara yang lain berpakaian layaknya jawara. “Izinkanlah saya menyertai bapak-bapak,saya sudah tidak tahan lagi berada dirumah”kata rumiyati kepada ketiganya.“Maaf kami tidak bisa mengabulkan permintaanmu.bersabarlah saja menghadapi cobaan yang sedang kamu hadapi,pada saatnya kamu akan menemukan jalan yang terbaik bagimu “ kata salah seorang diantara mereka.
Sejak saat itu mbak tun makin bersemangat dalam melaksanakan zikir ditepi laut,hingga suatu saat dia memperoleh kemampuan yang sebelumnya tidak pernah dia miliki,dia mampu melihat peristiwa yang akan terjadi,bahkan melihat tanda-tanda kematian seseorang,termasuk mengobati orang-orang yang datang kepadanya karena kemalangan yang mereka hadapi.Semua itu membuatnya makin bersabar bila mendapat musibah, “sabar yang tidak terbatas,disertai kepasrahan dan tawwakal kepada Allah,adalah kunci dari segala pemecahan masalah hidup manusia “ katanya berbagi pengalaman.
Kini,kebahagiaan mbak tun melebihi saudara-saudaranya,ia tidak “menikmati” harta warisan itu kini memperoleh penggantinya,semuanya dari Allah,dengan melimpahnya kenikmatan duniawi yang juga tak habis-habisnya ia syukuri Itulah buah kesabaran yang dijanjikan Allah,Allah senantiasa memberjalan terbaik buat mereka yang sabar menerima cobaan,
Sumber:al kisah
0 komentar:
Posting Komentar